Hubungan Antar Agama yang Harmonis di Sunda Kelapa

Ada dua rumah ibadah besar yang berdiri di kawasan Taman Sunda Kelapa yaitu Gereja Paulus dan Masjid Agung Sunda Kelapa. Keduanya mampu hidup bersama sejak puluhan tahun lalu.  Kebersamaan yang harmonis semacam ini tak lepas dari pengaruh jamaah satu sama lain. Yang mau saling menghormati dan membantu ketika salah satunya nampak membutuhkan dukungan.

Taman sunda kelapa secara administratif terletak di Jakarta Pusat. Yang dikelilingi oleh kawasan elit dan bersejarah. Salah satunya adalah Menteng. Sebelum ada masjid agung, gereja Paulus lebih dahulu dibangun. Hingga akhirnya ada umat muslim yang meminta dibangunkan sebuah masjid untuk melaksanakan ibadah.

Permintaan tersebut akhirnya dikabulkan. Meskipun berada tepat di depan gereja, namun tak sedikitpun menghalangi kegiatan ibadah di antara kedua umat.

Mengenal Gereja Paulus Menteng

Sama-sama berada di Taman Sunda Kelapa, namun Gereja Paulus lebih dikenal dengan Gereja Paulus Menteng. Mulai dibangun pada tahun 1936, gereja ini pernah dikuasai oleh Belanda.

Bahkan peribadatanpun sempat menggunakan bahasa belanda. Karena dipimpin oleh pendeta-pendeta Belanda kala itu. Namun sejak tahun 1944 peribadatan mulai menggunakan bahasa campuran. Yakni antara bahasa melayu dan belanda.

Gereja Paulus terbilang sangat mencolok jika dibandingkan dengan beberapa bangunan di sekitarnya. Ini dapat dilihat dari bentuk menara yang runcing dan tinggi menjulang. Selain itu bangunannya juga sangat khas. Ini terlihat dengan adanya gaya arsitektur Eropa yang sangat kental terasa.

Letaknya tepat di tengah kota Jakarta. Berseberangan dengan Taman Suropati. Bergeser sedikit dari GBIP Paulus ini ada sebuah masjid yang bersejarah juga yaitu Masjid Sunda Kelapa. Bahkan jamaah kedua tempat ibadah ini juga sering kali berbagi lahan parkir. Terutama saat ada acara keagamaan yang besar.

Lebih Dekat dengan Masjid Sunda Kelapa

Pada 31 maret 1970 masjid agung Sunda Kelapa secara resmi dibuka oleh Ali Sadikin yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pembangunan masjid ini awalnya diutarakan oleh sekelompok warga Menteng.

Memang saat itu belum ada masjid di kawasan itu. Sehingga warga sekitar yang akan melaksanakan sholat berjamaah harus jauh pergi ke luar Menteng.

Bak gayung bersambut, permintaan tersebut di amini oleh Ali Sadikin dengan memberikan dua pilihan tempat.  Hingga akhirnya dipilihlah Taman Sunda Kelapa.

Masjid lantas didirikan di atas tanah seluas hampir 5000 meter. Dan mampu digunakan oleh 4000 lebih jamaah. Bahkan hingga kini termasuk dalam masjid yang aktif melakukan kegiatan. Baik untuk kegiatan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.

Beberapa bagian dari bangunan masjid memiliki makna tertentu. Bentuk masjid sengaja dibuat menyerupai bentuk perahu. ini menjadi pengingat bahwa dahulu kala di kawasan ini pernah ada sebuah pelabuhan besar yang dikenal dengan pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan ini menjadi salah satu tempat penyebaran islam di Indonesia. Para saudagar muslim singgah dan menyebarkan islam melalui jalur perdagangan.

Banyak sekali masyarakat yang datang dari berbagai daerah. Salah yang menjadi magnet adalah pengisi ceramah yang tak main-main. Ada persyaratan khusus bagi para pendakwah apabila ingin mengisi kajian di masjid Sunda Kelapa. Setidaknya telah mengantungi ijazah magister. Beberapa yang sering menjadi penceramah seperti Ustadz Abdul Somad, Anies Baswedan hingga Din Syamsuddin.

Beberapa kegiatan keagamaan pun rutin dilaksanakan. Baik secara mingguan, bulanan hingga tahunan. Seperti kajian rutin, ceramah subuh hingga kegiatan sosial seperti pembagian menu buka puasa gratis setiap hari senin dan kamis, di luar bulan ramadan.

Dan yang menjadi agenda tahunan yang selalu ditunggu-tunggu adalah ‘Al Qur’an Emas’.  Agenda ini meliputi lomba menghafal Al Qur’an baik untuk anak-anak dan dewasa.

Di antara keindahan arsitektur masjid ada jam digital masjid yang tak kalah penting untuk dibicarakan. Jam yang memiliki fungsi sebagai penunjuk waktu menjadi salah satu elemen penting dalam satu ruang publik. Terutama di masjid. Dimana ada jadwal sholat 5 waktu yang tak boleh dilewatkan. Jam digital dapat di setting untuk mengingatkan waktu sholat. Tak hanya untuk pengurus saja. Namun juga untuk pengunjung.

Masjid agung sunda kelapa dan gereja paulus menjadi simbol kehidupan harmonis antar umat beragama. Bahwa tiap manusia memiliki pilihan hidupnya masing-masing termasuk dalam memilih keyakinan. Namun perbedaan itu tak lantas dijadikan sebagai alasan untuk saling menyakiti satu sama lain. Melainkan untuk saling menopang agar dapat sama-sama tumbuh menjadi lebih besar.

Scroll to top