Inilah Sejarah Masjid Agung Palembang dengan Gaya Arsitektur yang Menakjubkan

Masjid Agung Palembang menjadi salah satu destinasi wisata religi yang harus didatangi ketika berkunjung ke Kota Palembang. Anda akan menyaksikan keistimewaan dari masjid yang satu ini. Simak sejarah dan beberapa fakta tentang masjid ini.

Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat muslim yang biasanya dibangun dengan kubah dan menara. Jenis kubah dan menara juga beragam tergantung gaya arsitektur masjid. Harga kubah masjid juga biasanya disesuaikan dengan material yang digunakan termasuk lapisannya. Menara masjid biasanya juga dibangun dengan konsep yang berbeda untuk setiap masjidnya.

Masjid Agung Palembang menjadi salah satu ikon Kota Palembang yagn wajib dikunjungi. Dengan mayoritas masyarakatnya menganut muslim, Indonesia tentu memiliki banyak masjid yang dibangun dengan arsitektur yang berbeda dan unik. Anda dapat memperoleh beberapa informasi tentang Masjid Agung Palembang pada artikel ini.

Arsitektur Masjid Agung Palembang

Masjid Agung Palembang, begitu orang menyebutnya ternyata memiliki nama  Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikarmo. Masjid ini merupakan salah satu masjid besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Masjid Agung Palembang didirikan pada abat ke-18. Pendirian masjid dilakukan dibawah titah Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.

Masjid yang menjadi Masjid Regional di kawasan ASEAN ini dibangun pada kompleks dengan luas 15.400 meter peresegi. Masjid terletak di kawasan ilir yang merupakan kampung halaman yang ditinggali oleh warga Asli Palembang dan Arab.

Arsitektur masjid ini memadukan 3 gaya yaitu Indonesia, Eropa, dan China. Arsitektur bergaya Indonesia dapat terlihat dari bangunan utama yang dibuat berundak tiga. Puncak bangunan utama ini juga berbentuk limas dengan unjakan utama yang dibuat dengan ukiran bunga tropis.

Pada ujung mustaka terdapat mustika dengan pola bunga merekah. Undakan pada masjid ini dipengaruhi oleh bangunan dasar candi Hindu Jawa yang dipadukan dengan gaya masjid Demak. Kemudian anda dapat melihat arsitektur Eropa pada jendela masjid yang dibuat besar dan tinggi. Pliar masjid yang berukuran besar juga memberikan kesan yang sangat kokoh. Beebrapa material seperti kaca dan marmer juga diimpor langsung dari Eropa.

Gaya China dapat terlihat dari masjid utama dengan bentuk limas dan terdiri dari tiga tingkat. Di bagian ujung limas terdapat jurai daun simbar yang berbentuk seperti lengkungan tanduk kambing. Setiap limas memiliki 13 jurai yang lancip dan melengkung yang menyerupai atap kelenteng. Masjid saat ini sudah di renovasi pada tahun 2000 dan selesai pada 2003.

Sejarah Masjid Agung Palembang

Awal mula pembangunan masjid ini berawal dari kisah sebuah masjid yang terbakar saat perang antar masyarakat terjadi di Palembang pada tahun 1659 Masehi. Masjid yang terbakar itu merupakan masjid yang dibangun oleh Ki Gede Ing Suro yang merupakan Sultan Palembang sat itu. Masjid tersebut berlokasi di Keraton Kuto Gawang.

Pada tahun 1738 Masehi, Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo membangun kembali masjid yang terbakar. Pembangunan masjid membutuhkan waktu yang cukup lama dan diremikan pada 26 Mei 1748. Awalnya, masjid diberi nama Masjid Sulton karena merujuk pada pembangunan masjid yang dikelola secara langsung oleh Sultan pada saat itu.

Di awal pembangunannya masjid menggunakan lahan 1.080 meter atau sekitar 0,26 hektar dan dirancang untuk kapasitas 1200 jamaah. Kemudian masjid diperluas oleh Sayid Achmad bin Syech Sahab  dan Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha yang saat itu berada dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta Mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin sehingga kapasitasnya bertambah.

Sejak pertama dibangun masjid belum memiliki menara, lalu dibangunlah menara pada pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin. Menara dibangun dengan lokasi yang terpisah dari bangunan utama. Pembuatan menara di desain dengan bentuk persegi enam yang memiliki tinggi 20 meter. Banungan menara jgua menyerupai menara kelenteng dengan bentuk atap yang dibuat melengkung dibagian ujungnya.

Masjid tertua di Kota Palembang ini tentu sudah melalui beberapa kali renovasi. Pada akhirnya dibangunlah lantai 2 dengan kapasitas 7750 orang. Menara baru dengan tinggi 45 meter juga dibangun untuk mendampingi menara utama. Menara tersebut diresmikan pada tahun 1971 tepatnya di awal Februari. Walaupun terdapat arsitektur bergaya China, masjid ini tetap kental dengan ukiran khas Palembang.

Renovasi juga terus dilakukan termasuk renovasi pada tahun 1999 oleh Gubernur Laksamana Muda H Rosihan Arsyad yang disebut sebgai renovasi terbesar. Renovasi yagn dilakukan meliputi memperbaiki bangunan masjid yang rusak dan menambah tiga bangunan baru yang terdapat di bagian selatan, utara, dan timur masjid. Kutbah masjid juga tidak luput dari perbaikan di beberapa sisinya.

Masjid Agung Palembang merupakan masjid peninggalan sultan yang ditetapkan sebagai masjid nasional pada tahun 2003. Namun, di tahun 2009 masjid diresmikan sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.

Dengan gaya bangunan yang unik, Masjid Agung Palembang tentu menjadi salah satu destinasi wisata religi yang wajib dikunjungi ketika ke Kota Palembang. Anda dapat menyaksikan secara langsung masjid yang diprakarsai pembangunannya oleh Sultan yang sedang berjaya saat itu. Hingga saat ini, masjid masih berdiri kokoh. Walalupun telah mengalami beberapa kali renovasi, namun gaya asli masjid masih tetap terjaga.

Scroll to top